Sabtu, 26 September 2015

Merger Konsolidasi Akusisi

Merger, Konsolidasi, Akuisisi
Merger, Konsolidasi, Akuisisi adalah beberapa macam usaha yang ditempuh oleh perusahaan dalam rangka menambah capability untuk berjaya di kancah Persaingan. Perusahaan-perusahaan yang melakukan di antara ketiga memiliki alasan untuk meleverage kinerjanya sehingga perusahaan lebih mempunyai kecerdasan finansial.
Ancaman bankcrupty juga menjadi salah satu hal yang semakin meyakinkan perusahaan untuk melakukan salah satu dari Merger, Konsolidasi, atau pun Akuisisi.
Perangkat lain Selain MKA.
Perangkat lain selain menggunakan Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi adalah Melakukan perancangan ulang pada Struktur Modalnya (Capital Structure) melalui usaha untuk mengubah proporsi hutang terhadap ekuitas; Issuing New Securities (melalui Saham (Stock); Melakukan Lobiying terhadap bank untuk membantu menyelesaikan kewajibanya.
  • Hutang merupakan salah satu pengungkit yang dapat menjadikan perusahaan mendapatkan power booster yang dapat menjadikan perusahaan mendapat suntikan capital untuk perkembangan usahanya. Perusahaan melakukan penambahan hutang hal ini akan masuk pada kebijakan Struktur Modalnya karena melibatkan perubahan pada proporsi hutang terhadap ekuitas.
  • Melakukan Lobi khusus bank untuk membantu menyelesaikan masalahnya, biasanya ini dilakukan ketika perusahaan meminta kepada bank atau kreditor lain untuk bersedia memperpanjang kontrak pengembalian pinjamanya. Ini masih berkaitan dengan hutang, tetapi pada hal ini perusahaan menggunakan usaha untuk menego waktu pengembalian diperpanjang, sehingga tidak mengganggu kondisi keuangan perusahaan dalam waktu dekat ini.
  • Saham merupakan solusi terakhir Setelah Hutang, perusahaan menerbitkan saham untuk menambah perbendaharaan modal yang ada.. untuk memperbaiki struktur modalnya. Mengapa saham merupakan kondisi/ solusi terakhir setelah Hutang?? karena risiko dari menerbitkan saham ke publik, berarti perusahaan itu sengaja membuka rahasianya ke publik.. dan ini memiliki risiko jika rahasia itu diketahui oleh pesaingnya..
Kembali lagi ke Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi (M,K,A).. Sebenarnya perusahaan mempunyai pandangan tersendiri tentang usaha yang dilakukanya.. nah.. kapan pun dia bisa melakukan ketika alternatif tersebut selama sudah memenuhi syarat.. tanpa harus memperhitungkan untuk hutang atau untuk menerbitkan saham ke publik. Muatan Politik pun bisa saja mewarnai keputusan satu diantara M,K,A. Karena keputusan itu sebenarnya tergantung dari bagaimana perusahaan bisa mendefinisikan alternatif tersebut dengan baik dan mengestimasi benefit yang akan diperoleh. Untuk mengetahui kenapa perusahaan mau melakukan salah satu dari ketiga alternatif tersebut.. mari kita bahas hal tersebut satu per satu.
Merger
Merger: Penggabungan dua perusahaan yang ukuranya tidak sama dan hanya satu perusahaan yang tetap survival. Perusahaan yang besar tetap survival sedangkan perusahaan yang kecil melebur ke dalam perusahaan yang besar.
Contohnya:
  • Bank Niaga (besar), Bank Lippo
  • Bank Danamon (besar), Bank Tiara, PT Bank Duta Tbk, PT Bank Rama Tbk, PT Bank Tamara Tbk, PT Bank Nusa Nasional Tbk, PT Bank Pos Nusantara, PT Jayabank International dan PT Bank Risjad Salim Internasional
Konsolidasi
Konsolidasi: Penggabungan dua perusahaan atau lebih yang ukuranya relatif sama nenjadi satu perusahaan baru. Misal:
Perusahaan A dan Perusahaan B melakukan konsolidasi maka muncul Perusahaan C sebagai hasil Konsolidasi. Contohnya: BBD, Bank Bapindo, Bank Dagang Negara, Bank Exim melakukan konsolidasi menghasislkan  Bank Mandiri.
Akuisisi
Akuisisi: Penggabungan dua perusahaan yang mana perusahaan akuisitor membeli sebagian besar saham perusahaan yang diakuisisi, sehingga pengendalian manajemen perusahaan yang diakuisisi berpindah kepada perusahaan akuisitor, sementara kedua perusahaan masing-masing tetap beroperasi sebagai suatu badan hukum yang berdiri sendiri.
Pengukuran Keberhasilan
Bagaimana mengukur keberhasilan ketiga cara tersebut?? Mengukur keberhasilan perusahaan yang melakukan Merger, Konsolidasi ataupun Akuisisi adalah setelah perusahaan tersebut melalui masa-masa setelah keputusan ketiga hal di atas. Untuk perusahaan yang melakukan Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi bisa melakukan pengukuran terhadap keberhasilan apa yang dilakukanya adalah setelah perusahaan melakukan salah satu diantara ketiga hal itu. Tetapi kalau belum melakukannya dan mengukur.. maka hasilnya masih penuh tanda tanya…karena kenyataan dilapangan setelah M,K,A bisa saja berbeda.
  • Dinilai dengan Metode Earning perusahaan Setelah Merger. (EPS/ Earning Per Share)
  • Dihitung Market Share nya.. ini merupakan pekerjaan khusus bagi manajer pemasaran untuk menghitung perluasan pasar setelah melakukan merger
  • Menghitung Kapitalisasi Pasarnya.. atau Captal Gain nya..
Contoh Merger
Contoh Satu: Merger Bank Lippo dan Bank Niaga
Perusahaan yang melakukan Merger adalah antara Bank Lippo dengan Bank Niaga… pada tahun 2008. Ingat.. sifat dari merger adalah penggabungan antara dua perusahaan yang mana yang satu mempunyai ukuran yang relatif lebih kecil daripada yang lainya… Antara Bank Lippo dan Bank Niaga.. Keduanya bergabung untuk memperkuat posisinya di kancah persaingan global.
Contoh Merger yang dilakukan Oleh Bank Lippo dan Bank Niaga
Mereka Menyetujui untuk menggabungkan perusahaan dengan kriteria Merger. Dari Merger kali ini Perusahaan yang relative lebih kecil ukuranya adalah Bank Lippo.. sehingga bank Lippo merelakan untuk diganti saham yang beredar dengan saham Bank Niaga…  Dengan demikian dengan harga tertentu yang telah disepakati mereka berdua.. tiap saham Bank Lippo dihargai dengan harga tertentu sehingga mendapatkan nilai yang cocok untuk dibeli oleh Bank Niaga.. Sehingga saham Bank Lippo berganti nama dengan Saham Bank Niaga..
Setelah kesepakatan keduanya.. Kedua Bank ini menyetujui untuk mengubah nama mereka after merger menjadi Bank CIMB Niaga..
Nah inilah hasil yang diharapkan dari Merger kali ini.. yaitu Leverage (Pengungkit) kekuatan kedua Bank untuk menjadi satu dengan kekuatan yang baru serta more creating value bagi CIMB Niaga. Kalau kita ingin mengetahui bagaimana kinerja mereka after (setelah) Merger, maka kita dapat menggunakan beberapa metode yang sudah umum dikalangan manajer perusahaan
  • Dinilai dengan Metode Earning perusahaan Setelah Merger. (EPS/ Earning Per Share)
  • Dihitung Market Share nya.. ini merupakan pekerjaan khusus bagi manajer pemasaran untuk menghitung perluasan pasar setelah melakukan merger
  • Menghitung Kapitalisasi Pasarnya.. atau Economic Gain nya..
Untuk melihat tentang keefektifan dari Merger suatu perusahaan, maka analis keuangan perlu melakukan di antara tiga hal diatas. Lalu bagaimana dengan Merger Bank Lippo, dan Bank Niaga ???
Metode Earning Per Share
Kita lihat Laporan Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger. Mengapa mesti melihat Laporan Keuanganya??? Nah.. baik.. saya jelaskan.. laporan keuangan suatu perusahaan mengandung banyak informasi tentang perusahaan. Di dalamnya kita bisa mengukura bagaimana sebuah perusahaan bisa berkembang dan bagaimana perusahaan akan mengalami financial distress (gejala-gejala penyakit financial). Nah… maka dari itu.. dalam metode ini kita mengukurnya dengan Earning Per Share (Pendapatan Per Lembar Saham). Hal ini dapat diketahui dengan melihat Earning dibagi dengan jumhlah lembar saham, dengan kalimat yang lebih jelas yaitu laba per lembar saham.
Pada sebuah penelitian mahasiswa univ.padjadjaran bahwa earnings per share Bank CIMB Niaga setelah merger meningkat sebanyak 0.29842 poin dari Rp13.87444 menjadi Rp14.17289.  Artinya tiap lembar saham meninkat erningnya sebesar 0.29842 satuan.
Namun peningkatan ini tidak lebih besar signifikan secara statistik dengan t hitung (-0.07) ≤ t tabel (1.761). Hal ini dimungkinkan karena pertambahan tidak terlalu banyak dan juga adanya pertambahan jumlah saham beredar sebanyak 11.051.151.514 yang didapat dari konversi saham.
Capital GainCapital gain Bank CIMB Niaga juga meningkat setelah merger sebanyak 2.8223867 poin dari 5.109399% menjadi 7.9317857%. Namun, hal ini tidak lebih besar signifikan secara statistik dengan t hitung (-0.26) ≤ t tabel (1.761).Hal ini dimungkinkan karena tidak banyaknya pertambahan dan harga saham yang fluktuatif.Debt to equity ratio Bank CIMB Niaga setelah merger meningkat sebanyak 4.09958 poin dari 28.26778% menjadi 24.16882%. Hal ini berkebalikan dengan hipotesis yang dibuat yaitu DER setelah merger lebih kecil signifikan daripada sebelum merger.Hasil penelitian ini juga tidak
signifikan secara statistik dengan t hitung (-1.38) ≥ -t tabel (-1.761). Hal ini dimungkinkan karena adanya pertambahan hutang Bank CIMB Niaga dari Bank Lippo melalui merger.
Kesimpulannya dari penelitian ini adalah EPS, capital gain dan DER meningkat setelah merger
Market SharePada cara penilaian ini dibutuhkan marketer yang mengukur berapa market share sebelum dan sesudah merger. Yaitu cakupan pasarnya apa ada peningkatan setelah melakukan penggabungan atau malah mengalami penurunan.
Contoh dua: Bank Danamon Bank Tiara, PT Bank Duta Tbk, PT Bank Rama Tbk, PT Bank Tamara Tbk, PT Bank Nusa Nasional Tbk, PT Bank Pos Nusantara, PT Jayabank International dan PT Bank Risjad Salim Internasional.
Sejarah Bank Danamon Sebelum Merger
Danamon didirikan pada tahun 1956 dengan nama Bank Kopra Indonesia. Nama ini kemudian berubah menjadi  PT Bank Danamon Indonesia pada tahun 1976 sampai sekarang. Pada tahun 1988, Danamon menjadi bank devisa dan setahun kemudian adalah publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Contoh Merger yang dilakukan oleh Bank Danamon, Bank Tamara, Bank Duta, Bank Tiara, Bank Rama, Bank Nusa Internasional, Bank Pos Nusantara, Jaya Bank Internasional, dan Bank RSI
Dalam membangun dari krisis keuangan Asia pada tahun 1998, Danamon ditempatkan di bawah pengawasan Indonesia Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) sebagai Bank Take Over (BTO). Pada tahun 1999, Pemerintah Indonesia, melalui BPPN merekapitalisasi Danamon dengan Rp 32,2 triliun obligasi pemerintah. Dalam tahun yang sama (1999) PT Bank PDFCI, BTO yang lain, digabung dengan Danamon sebagai bagian dari program restrukturisasi BPPN.
Sebagai bagian dari paket merger, Danamon menerima rekapitalisasi kedua dari Pemerintah melalui injeksi modal sebesar Rp 28,9 triliun. sebagai surviving entity, Danamon muncul dari merger sebagai salah satu bank swasta terbesar di Indonesia.
Sejarah Bank Danamon setelah Merger pada tahun 2003

Metode EPS
EPS Bank Danamon meningkat 29,48 menjadi Rp 38,66 pada tahun 2000. Dengan melihat hasil tersebut dapat dikatakan bahwa perusahaan meningkatkan laba dari 29,48 menjadi 38,66 per lembar sahamnya. Hal ini menandai kenaikan nilai perusahaan.
Cara menghitung efektifitas merger
Laba bersih Bank Danamon pasca merger melambung tinggi.
Contoh Konsolidasi
  • BBD (Bank Bumi Daya)
  • Bank Bapindo
  • Bank Dagang Negara
  • Bank Exim
Contoh Konsolidasi yang dilakukan oleh Bank Bumi Daya, Bank Exim, Bank Dagang Negara, dan Bapindo
Mereka berempat melakukan konsolidasi dan berubah menjadi Bank Mandiri. Keempat Bank tersebut mengalami kesulitan dalam mengentaskan permasalahan rumah tangga perusahaanya saat krisis ekonomi melanda Indonesia. Untuk menghentikan usahanya yang selama ini mereka bangun pun merupakan hal yang sayang untuk dilakukan.. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk dapat melakukan protect terhadap kemungkinan yang terjadi akibat krisis adalah bersatu padu dengan bank yang lain dengan melakukan kerjama dalam bentuk konsolidasi. Kerjasama dalam bentuk konsolidasi ini bisa terjadi ketika sekelompok perusahaan yang mempunyai motif yang sama dalam meraih kehidupan baru bersama di masa akan datang.
Konsolidasi keempat perusahaan ini terbukti berhasil dengan membuahkan Bank Mandiri yang menjadi salah satu Bank besar di Indonesia yaitu Bank Mandiri.
Contoh Akuisisi
Contoh satu: Semen Padang yang diakuisisi oleh Semen Gresik.
Di dalam hal ini, pihak Semen Gresik melakukan pembelian terhadap sebagian besar Saham Semen Padang sehingga, Semen Gresik memiliki kekuasaan terhadap manajemen perusahaan Semen Padang. Tetapi operasi kedua perusahaan masih bediri sendiri-sendiri..
Contoh Akuisisi
Contoh dua: PT. HM Sampoerna yang diakusisi oleh Philip Morris
Sampoerna tetap melakukan kegiatan operasionalnya sendiri di Pabriknya yang ada di Surabaya.. dan PM pun juga seperti itu. Tetapi Manajemen perusahaan Sampoerna dikendalikan oleh PM sebagai konsekuensi dari akuisisi yang dilakukan. PM mengganti Saham yang beredar Sampoerna dengan suatu harga dan menggantinya dengan saham PM.
Daftar Pustaka
google.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar