Efek Suku Bunga Terhadap Nilai Tukar Mata Uang
Suku bunga merupakan tolak ukur dari kegiatan perekonomian suatu negara yang berimbas pada kegiatan perputaran arus keuangan perbankan, inflasi, investasi dan pergerakan mata uang di suatu negara.Bunga adalah imbal jasa atas pinjaman uang. Imbal jasa ini merupakan suatu kompensasi kepada pemberi pinjaman atas manfaat kedepan dari uang pinjaman tersebut apabila diinvestasikan. Jumlah pinjaman tersebut disebut "pokok utang" (principal). Persentase dari pokok utang yang dibayarkan sebagai imbal jasa (bunga) dalam suatu periode tertentu disebut "suku bunga"
Sebuah contoh misalnya tingkat return Rupiah sebesar 10% sedangkan Dollar 5%, ketika Rupiah diekspektasikan mengalami depresiasi terhadap Dollar sebanyak 7%, maka return Dollar menjadi 2% lebih tinggi dari Rupiah. Hal ini disebabkan seorang investor akan memilih aset yang memberikan tingkat pengembalian yang lebih tinggi maka permintaan atas Dollar akan meningkat sedangkan permintaan atas Rupiah akan menurun. Hal ini berlaku pula sebaliknya. Secara grafis hal tersebut ditunjukan sebagai berikut:
Grafik 1.
Efek Kenaikan Tingkat Suku Bunga Terhadap Mata Uang Domestik
Sumber : Krugman,Paul.2000.International Economics Theory and Practice.p 353
Kenaikan dalam tingkat suku bunga / return
mata uang domestik dari menjadi menyebabkan mata uang domestik
terapresiasi dari (poin 1) ke (poin 2).
Grafik 2.
Efek Kenaikan Tingkat Pengembalian Mata Uang Asing
Sumber: Krugman,Paul.2000.International Economics Theory and Practice.p 353
Kenaikan dalam return deposito mata uang asing menyebabkan mata uang domestik terdepresiasi dari (poin 1) ke (poin 2). Hal ini juga juga menggambarkan efek dari kenaikan ekpektasi nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing.Bahwa kenaikan dalam ekspektasi nilai tukar menyebabkan kenaikan atas nilai tukar saat ini. Begitu juga, penurunan ekpektasi nilai tukar akan menyebabkan penurunan nilai tukar saat ini.
Tingkat Inflasi Negara Anggota ASEAN Tahun 2000-Agustus 2013 (yoy, dalam %)
(Catatan: Myanmar pada tahun 2001 mengalami inflasi 53,8% dan pada tahun 2002 mengalami inflasi 54%)
Tingkat inflasi pada negara-negara ASEAN hingga bulan Agustus 2013 cenderung meningkat terutama untuk negara Indonesia (8,79%), Vietnam (7,50%) dan Laos (7,43%). Indonesia mengalami tekanan tinggi pada inflasi terutama diakibatkan dari terganggunya pasokan sejumlah komoditas pangan.
Tanda-tanda
instabilitas ekonomi di negara ASEAN juga terekam pada aktivitas di
pasar saham maupun nilai tukar mata uang. Pasca krisis keuangan global
2008-2009, terlihat bahwa hampir semua negara anggota mengalami
pertumbuhan pada harga-harga saham hingga tahun 2012. Namun hingga
transaksi per-30 Agustus 2013 terdapat 7 dari 10 negara ASEAN mengalami
penurunan pertumbuhan harga saham yang menunjukkan bahwa adanya
kecenderungan keluarnya arus modal para investor dari negara-negara
ASEAN akibat ekonomi Amerika Serikat mengirimkan sinyal perbaikan
ekonomi serta antisipasi kebijakan tapering the Fed sementara persepsi
para pelaku bisnis terhadap ekonomi ASEAN tidak terlalu baik.
Ketersediaan modal yang mengering diiringi dengan neraca pembayaran yang
mengalami defisit di beberapa negara mendorong terjadinya juga
pelemahan pada nilai tukar mata uang tercatat hingga 30 Agustus 2013,
seluruh mata uang negara anggota ASEAN mengalami pelemahan terhadap
Dolar Amerika Serikat (USD). Pelemahan mata uang terutama pada
negara-negara utama ASEAN (ASEAN-5) seperti Indonesia dan Malaysia yang
memiliki pangsa ekonomi yang besar diperkirakan akan memberikan dampak
pada ekonomi ASEAN secara keseluruhan.
Nilai Tukar Negara ASEAN Terhadap USD, Tahun 2009- 2013* (yoy, dalam %)
Nilai Tukar Mata Uang Negara ASEAN Cenderung Melemah
Myanmar pada tahun 2012 mengalami penyesuaian nilai mata uang
http://www.pustaka.ut.ac.id/dev25/index.php?option=com_content&view=article&id=1367:pengaruh-tingkat-suku-bunga-dan-nilai-tukar-terhadap-harga-saham-perbankan-di-bursa-efek-indonesia&catid=21&Itemid=412
http://www.seputarforex.com
http://macroeconomicdashboard.com/index.php/id/asean/153-ekonomi-asean-peningkatan-instabilitas,-perlambatan-pertumbuhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar