Kamis, 29 Mei 2014

Pengaruh Suku Bunga terhadap Nilai Tukar Rupiah serta negara di ASEAN

Penerbitan saham bagi perbankan merupakan salah satu cara guna memenuhi tambahan dana yang dibutuhkan perusahaan. Saham merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling populer dan banyak dipiIih para investor di pasar modal ataupun bagi perusahaan untuk mendapatkan dana bagi kepentingan bisnis perusahaan. Pergerakan harga saham dipengaruhi beberapa faktor antara lain tingkat suku bunga dan nilai tukar. Terdapat tiga variabel dari berbagai variabel pergerakan harga saham yaitu variabel tingkat suku bunga, nilai tukar, dan harga saham. Untuk itu diperIukan penelitian ilmiah dalam rangka menganalisa pengaruh tingkat suku bunga dan niIai tukar terhadap harga saham perbankan. Menurut Weston dan Brigham (2001), Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham adalah laba per lembar saham, tingkat bunga, jumlah kas deviden yang diberikan, jumlah laba yang di dapat perusahaan, dan tingkat risiko dan pengembalian. Semakin tinggi tingkat suku bunga maka semakin rendah harga saham. Nilai tukar juga mempengaruhi harga saham. Menurut Tarigan (2007), bahwa nilai tukar berpengaruh positif terhadap harga saham. Semakin tinggi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika (apresiasi) maka harga saham juga akan meningkat. Untuk membuktikan teori tersebut di atas, dilakukan penelitian ilmiah dengan tahapan perumusan masalah, pengumpulan data, dan analisis data dengan menggunakan uji regresi berganda. Dari hasil pengujian diperoleh kesimpulan bahwa: 1. Tingkat suku bunga berpengaruh negative terhadap harga saham. 2. Nilai tukar berpengaruh positif terhadap harga saham. 3. Tingkat suku bunga dan nilai tukar secara bersama-sama mempengaruhi harga saham. 4. Fluktuasi harga saham dapat dijelaskan oleh variabel tingkat suku bunga dan nilai tukar sebesar 48.6% sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diukur dalam penelitian ini. Pengaruh tingkat suku bunga dan nilai tukar sangat mempengaruhi harga saham sehingga bagi para investor harus benar-benar teliti ketika memutuskan untuk berinvestasi di saham.

Efek Suku Bunga Terhadap Nilai Tukar Mata Uang

Suku bunga merupakan tolak ukur dari kegiatan perekonomian suatu negara yang berimbas pada kegiatan perputaran arus keuangan perbankan, inflasi, investasi dan pergerakan mata uang di suatu negara.
Bunga adalah imbal jasa atas pinjaman uang. Imbal jasa ini merupakan suatu kompensasi kepada pemberi pinjaman atas manfaat kedepan dari uang pinjaman tersebut apabila diinvestasikan. Jumlah pinjaman tersebut disebut "pokok utang" (principal). Persentase dari pokok utang yang dibayarkan sebagai imbal jasa (bunga) dalam suatu periode tertentu disebut "suku bunga"
Sebuah contoh misalnya tingkat return Rupiah sebesar 10% sedangkan Dollar 5%, ketika Rupiah diekspektasikan mengalami depresiasi terhadap Dollar sebanyak 7%, maka return Dollar menjadi 2% lebih tinggi dari Rupiah. Hal ini disebabkan seorang investor akan memilih aset yang memberikan tingkat pengembalian yang lebih tinggi maka permintaan atas Dollar akan meningkat sedangkan permintaan atas Rupiah akan menurun. Hal ini berlaku pula sebaliknya. Secara grafis hal tersebut ditunjukan sebagai berikut:
Grafik 1.
Efek Kenaikan Tingkat Suku Bunga Terhadap Mata Uang Domestik
 
Sumber : Krugman,Paul.2000.International Economics Theory and Practice.p 353
Kenaikan dalam tingkat suku bunga / return mata uang domestik dari  menjadi menyebabkan mata uang domestik terapresiasi dari (poin 1) ke (poin 2).

Grafik 2.
Efek Kenaikan Tingkat Pengembalian Mata Uang Asing
 
Sumber: Krugman,Paul.2000.International Economics Theory and Practice.p 353
Kenaikan dalam return deposito mata uang asing menyebabkan mata uang domestik terdepresiasi dari (poin 1) ke (poin 2). Hal ini juga juga menggambarkan efek dari kenaikan ekpektasi nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing.Bahwa kenaikan dalam ekspektasi nilai tukar menyebabkan kenaikan atas nilai tukar saat ini. Begitu juga, penurunan ekpektasi nilai tukar akan menyebabkan penurunan nilai tukar saat ini.
Tingkat Inflasi Negara Anggota ASEAN Tahun 2000-Agustus 2013  (yoy, dalam %)
 
(Catatan: Myanmar pada tahun 2001 mengalami inflasi 53,8% dan pada tahun 2002 mengalami inflasi 54%)

Tingkat inflasi pada negara-negara ASEAN hingga bulan Agustus 2013 cenderung meningkat terutama untuk negara Indonesia (8,79%), Vietnam (7,50%) dan Laos (7,43%). Indonesia mengalami tekanan tinggi pada inflasi terutama diakibatkan dari terganggunya pasokan sejumlah komoditas pangan.

Tanda-tanda instabilitas ekonomi di negara ASEAN juga terekam pada aktivitas di pasar saham maupun nilai tukar mata uang. Pasca krisis keuangan global 2008-2009, terlihat bahwa hampir semua negara anggota mengalami pertumbuhan pada harga-harga saham hingga tahun 2012. Namun hingga transaksi per-30 Agustus 2013 terdapat 7 dari 10 negara ASEAN mengalami penurunan pertumbuhan harga saham yang menunjukkan bahwa adanya kecenderungan keluarnya arus modal para investor dari negara-negara ASEAN akibat ekonomi Amerika Serikat mengirimkan sinyal perbaikan ekonomi serta antisipasi kebijakan tapering the Fed sementara persepsi para pelaku bisnis terhadap ekonomi ASEAN tidak terlalu baik. Ketersediaan modal yang mengering diiringi dengan neraca pembayaran yang mengalami defisit di beberapa negara mendorong terjadinya juga pelemahan pada nilai tukar mata uang tercatat hingga 30 Agustus 2013, seluruh mata uang negara anggota ASEAN mengalami pelemahan terhadap Dolar Amerika Serikat (USD). Pelemahan mata uang terutama pada negara-negara utama ASEAN (ASEAN-5) seperti Indonesia dan Malaysia yang memiliki pangsa ekonomi yang besar diperkirakan akan memberikan dampak pada ekonomi ASEAN secara keseluruhan.

Nilai Tukar Negara ASEAN Terhadap USD, Tahun 2009- 2013* (yoy, dalam %)
Nilai Tukar Mata Uang Negara ASEAN Cenderung Melemah

Myanmar pada tahun 2012 mengalami penyesuaian nilai mata uang




 
REFERENSI
http://www.pustaka.ut.ac.id/dev25/index.php?option=com_content&view=article&id=1367:pengaruh-tingkat-suku-bunga-dan-nilai-tukar-terhadap-harga-saham-perbankan-di-bursa-efek-indonesia&catid=21&Itemid=412
http://www.seputarforex.com
http://macroeconomicdashboard.com/index.php/id/asean/153-ekonomi-asean-peningkatan-instabilitas,-perlambatan-pertumbuhan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar