Merger, Konsolidasi, Akuisisi
Merger, Konsolidasi, Akuisisi adalah beberapa macam usaha yang ditempuh oleh perusahaan dalam rangka menambah
capability untuk berjaya di kancah Persaingan. Perusahaan-perusahaan yang melakukan di antara ketiga memiliki alasan untuk me
leverage kinerjanya sehingga perusahaan lebih mempunyai kecerdasan finansial.
Ancaman bankcrupty juga menjadi salah satu hal yang semakin
meyakinkan perusahaan untuk melakukan salah satu dari Merger,
Konsolidasi, atau pun Akuisisi.
Perangkat lain Selain MKA.
Perangkat lain selain menggunakan Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi adalah Melakukan perancangan ulang pada Struktur Modalnya (
Capital Structure) melalui usaha untuk mengubah proporsi hutang terhadap ekuitas;
Issuing New Securities (melalui Saham (Stock); Melakukan Lobiying terhadap bank untuk membantu menyelesaikan kewajibanya.
- Hutang merupakan salah satu pengungkit yang dapat menjadikan perusahaan mendapatkan power booster yang dapat menjadikan perusahaan mendapat suntikan capital
untuk perkembangan usahanya. Perusahaan melakukan penambahan hutang hal
ini akan masuk pada kebijakan Struktur Modalnya karena melibatkan
perubahan pada proporsi hutang terhadap ekuitas.
- Melakukan Lobi khusus bank untuk membantu menyelesaikan masalahnya,
biasanya ini dilakukan ketika perusahaan meminta kepada bank atau
kreditor lain untuk bersedia memperpanjang kontrak pengembalian
pinjamanya. Ini masih berkaitan dengan hutang, tetapi pada hal ini
perusahaan menggunakan usaha untuk menego waktu pengembalian
diperpanjang, sehingga tidak mengganggu kondisi keuangan perusahaan
dalam waktu dekat ini.
- Saham merupakan solusi terakhir Setelah Hutang, perusahaan
menerbitkan saham untuk menambah perbendaharaan modal yang ada.. untuk
memperbaiki struktur modalnya. Mengapa saham merupakan kondisi/ solusi
terakhir setelah Hutang?? karena risiko dari menerbitkan saham ke
publik, berarti perusahaan itu sengaja membuka rahasianya ke publik..
dan ini memiliki risiko jika rahasia itu diketahui oleh pesaingnya..
Kembali lagi ke Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi (M,K,A)..
Sebenarnya perusahaan mempunyai pandangan tersendiri tentang usaha yang
dilakukanya.. nah.. kapan pun dia bisa melakukan ketika alternatif
tersebut selama sudah memenuhi syarat.. tanpa harus memperhitungkan
untuk hutang atau untuk menerbitkan saham ke publik. Muatan Politik pun
bisa saja mewarnai keputusan satu diantara M,K,A. Karena keputusan itu
sebenarnya tergantung dari bagaimana perusahaan bisa mendefinisikan
alternatif tersebut dengan baik dan mengestimasi benefit yang akan
diperoleh. Untuk mengetahui kenapa perusahaan mau melakukan salah satu
dari ketiga alternatif tersebut.. mari kita bahas hal tersebut satu per
satu.
Merger
Merger: Penggabungan dua perusahaan yang ukuranya tidak sama dan
hanya satu perusahaan yang tetap survival. Perusahaan yang besar tetap
survival sedangkan perusahaan yang kecil melebur ke dalam perusahaan
yang besar.
Contohnya:
- Bank Niaga (besar), Bank Lippo
- Bank Danamon (besar), Bank Tiara, PT Bank Duta Tbk, PT Bank Rama
Tbk, PT Bank Tamara Tbk, PT Bank Nusa Nasional Tbk, PT Bank Pos
Nusantara, PT Jayabank International dan PT Bank Risjad Salim
Internasional
Konsolidasi
Konsolidasi: Penggabungan dua perusahaan atau lebih yang ukuranya relatif sama nenjadi satu perusahaan baru. Misal:
Perusahaan A dan Perusahaan B melakukan konsolidasi maka muncul
Perusahaan C sebagai hasil Konsolidasi. Contohnya: BBD, Bank Bapindo,
Bank Dagang Negara, Bank Exim melakukan konsolidasi menghasislkan Bank
Mandiri.
Akuisisi
Akuisisi: Penggabungan dua perusahaan yang mana perusahaan akuisitor
membeli sebagian besar saham perusahaan yang diakuisisi, sehingga
pengendalian manajemen perusahaan yang diakuisisi berpindah kepada
perusahaan akuisitor, sementara kedua perusahaan masing-masing tetap
beroperasi sebagai suatu badan hukum yang berdiri sendiri.
Pengukuran Keberhasilan
Bagaimana mengukur keberhasilan ketiga cara tersebut?? Mengukur
keberhasilan perusahaan yang melakukan Merger, Konsolidasi ataupun
Akuisisi adalah setelah perusahaan tersebut melalui masa-masa setelah
keputusan ketiga hal di atas. Untuk perusahaan yang melakukan Merger,
Konsolidasi, dan Akuisisi bisa melakukan pengukuran terhadap
keberhasilan apa yang dilakukanya adalah setelah perusahaan melakukan
salah satu diantara ketiga hal itu. Tetapi kalau belum melakukannya dan
mengukur.. maka hasilnya masih penuh tanda tanya…karena kenyataan
dilapangan setelah M,K,A bisa saja berbeda.
- Dinilai dengan Metode Earning perusahaan Setelah Merger. (EPS/ Earning Per Share)
- Dihitung Market Share nya.. ini merupakan pekerjaan khusus bagi manajer pemasaran untuk menghitung perluasan pasar setelah melakukan merger
- Menghitung Kapitalisasi Pasarnya.. atau Captal Gain nya..
Contoh Merger
Contoh Satu: Merger Bank Lippo dan Bank Niaga
Perusahaan yang melakukan Merger adalah antara Bank Lippo dengan Bank
Niaga… pada tahun 2008. Ingat.. sifat dari merger adalah penggabungan
antara dua perusahaan yang mana yang satu mempunyai ukuran yang relatif
lebih kecil daripada yang lainya… Antara Bank Lippo dan Bank Niaga..
Keduanya bergabung untuk memperkuat posisinya di kancah persaingan
global.
Contoh Merger yang dilakukan Oleh Bank Lippo dan Bank Niaga |
Mereka Menyetujui untuk menggabungkan perusahaan dengan kriteria
Merger. Dari Merger kali ini Perusahaan yang relative lebih kecil
ukuranya adalah Bank Lippo.. sehingga bank Lippo merelakan untuk diganti
saham yang beredar dengan saham Bank Niaga… Dengan demikian dengan
harga tertentu yang telah disepakati mereka berdua.. tiap saham Bank
Lippo dihargai dengan harga tertentu sehingga mendapatkan nilai yang
cocok untuk dibeli oleh Bank Niaga.. Sehingga saham Bank Lippo berganti
nama dengan Saham Bank Niaga..
Setelah kesepakatan keduanya.. Kedua Bank ini menyetujui untuk mengubah nama mereka after merger menjadi Bank CIMB Niaga..
Nah inilah hasil yang diharapkan dari Merger kali ini.. yaitu
Leverage (Pengungkit) kekuatan kedua Bank untuk menjadi satu dengan
kekuatan yang baru serta more creating value bagi CIMB Niaga. Kalau kita
ingin mengetahui bagaimana kinerja mereka after (setelah) Merger, maka
kita dapat menggunakan beberapa metode yang sudah umum dikalangan
manajer perusahaan
- Dinilai dengan Metode Earning perusahaan Setelah Merger. (EPS/ Earning Per Share)
- Dihitung Market Share nya.. ini merupakan pekerjaan khusus bagi
manajer pemasaran untuk menghitung perluasan pasar setelah melakukan
merger
- Menghitung Kapitalisasi Pasarnya.. atau Economic Gain nya..
Untuk melihat tentang keefektifan dari Merger suatu perusahaan, maka
analis keuangan perlu melakukan di antara tiga hal diatas. Lalu
bagaimana dengan Merger Bank Lippo, dan Bank Niaga ???
Metode Earning Per Share
Kita lihat Laporan Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger.
Mengapa mesti melihat Laporan Keuanganya??? Nah.. baik.. saya jelaskan..
laporan keuangan suatu perusahaan mengandung banyak informasi tentang
perusahaan. Di dalamnya kita bisa mengukura bagaimana sebuah perusahaan
bisa berkembang dan bagaimana perusahaan akan mengalami financial
distress (gejala-gejala penyakit financial). Nah… maka dari itu.. dalam
metode ini kita mengukurnya dengan Earning Per Share (Pendapatan Per
Lembar Saham). Hal ini dapat diketahui dengan melihat Earning dibagi
dengan jumhlah lembar saham, dengan kalimat yang lebih jelas yaitu laba
per lembar saham.
Pada sebuah penelitian mahasiswa univ.padjadjaran bahwa earnings per
share Bank CIMB Niaga setelah merger meningkat sebanyak 0.29842 poin
dari Rp13.87444 menjadi Rp14.17289. Artinya tiap lembar saham meninkat
erningnya sebesar 0.29842 satuan.
Namun peningkatan ini tidak lebih besar signifikan secara statistik
dengan t hitung (-0.07) ≤ t tabel (1.761). Hal ini dimungkinkan karena
pertambahan tidak terlalu banyak dan juga adanya pertambahan jumlah
saham beredar sebanyak 11.051.151.514 yang didapat dari konversi saham.
Capital GainCapital gain Bank CIMB Niaga juga
meningkat setelah merger sebanyak 2.8223867 poin dari 5.109399% menjadi
7.9317857%. Namun, hal ini tidak lebih besar signifikan secara statistik
dengan t hitung (-0.26) ≤ t tabel (1.761).Hal ini dimungkinkan karena
tidak banyaknya pertambahan dan harga saham yang
fluktuatif.Debt
to equity ratio Bank CIMB Niaga setelah merger meningkat sebanyak
4.09958 poin dari 28.26778% menjadi 24.16882%. Hal ini berkebalikan
dengan hipotesis yang dibuat yaitu DER setelah merger lebih kecil
signifikan daripada sebelum
merger.Hasil penelitian ini juga tidak
signifikan secara statistik dengan t hitung (-1.38) ≥ -t tabel (-1.761).
Hal ini dimungkinkan karena adanya pertambahan hutang Bank CIMB Niaga
dari Bank Lippo melalui merger.
Kesimpulannya dari penelitian ini adalah EPS, capital gain dan DER meningkat setelah merger
Market SharePada cara penilaian ini dibutuhkan
marketer yang mengukur berapa market share sebelum dan sesudah merger.
Yaitu cakupan pasarnya apa ada peningkatan setelah melakukan
penggabungan atau malah mengalami penurunan.
Contoh dua: Bank Danamon Bank Tiara, PT Bank Duta Tbk, PT Bank Rama
Tbk, PT Bank Tamara Tbk, PT Bank Nusa Nasional Tbk, PT Bank Pos
Nusantara, PT Jayabank International dan PT Bank Risjad Salim
Internasional.
Sejarah Bank Danamon Sebelum Merger |
Danamon didirikan pada tahun 1956 dengan nama Bank Kopra Indonesia.
Nama ini kemudian berubah menjadi PT Bank Danamon Indonesia pada tahun
1976 sampai sekarang. Pada tahun 1988, Danamon menjadi bank devisa dan
setahun kemudian adalah publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Contoh Merger yang dilakukan oleh Bank Danamon, Bank Tamara, Bank
Duta, Bank Tiara, Bank Rama, Bank Nusa Internasional, Bank Pos
Nusantara, Jaya Bank Internasional, dan Bank RSI |
Dalam membangun dari krisis keuangan Asia pada tahun 1998, Danamon
ditempatkan di bawah pengawasan Indonesia Badan Penyehatan Perbankan
Nasional (BPPN) sebagai
Bank Take Over (BTO). Pada tahun 1999,
Pemerintah Indonesia, melalui BPPN merekapitalisasi Danamon dengan Rp
32,2 triliun obligasi pemerintah. Dalam tahun yang sama (1999) PT Bank
PDFCI, BTO yang lain, digabung dengan Danamon sebagai bagian dari
program restrukturisasi BPPN.
Sebagai bagian dari paket merger, Danamon menerima rekapitalisasi
kedua dari Pemerintah melalui injeksi modal sebesar Rp 28,9 triliun.
sebagai
surviving entity, Danamon muncul dari merger sebagai salah satu bank swasta terbesar di Indonesia.
Sejarah Bank Danamon setelah Merger pada tahun 2003 |
Metode EPS
EPS Bank Danamon meningkat 29,48 menjadi Rp 38,66 pada tahun 2000.
Dengan melihat hasil tersebut dapat dikatakan bahwa perusahaan
meningkatkan laba dari 29,48 menjadi 38,66 per lembar sahamnya. Hal ini
menandai kenaikan nilai perusahaan.
Cara menghitung efektifitas merger |
Laba bersih Bank Danamon pasca merger melambung tinggi.
Contoh Konsolidasi
- BBD (Bank Bumi Daya)
- Bank Bapindo
- Bank Dagang Negara
- Bank Exim
Contoh Konsolidasi yang dilakukan oleh Bank Bumi Daya, Bank Exim, Bank Dagang Negara, dan Bapindo |
Mereka berempat melakukan konsolidasi dan berubah menjadi Bank
Mandiri. Keempat Bank tersebut mengalami kesulitan dalam mengentaskan
permasalahan rumah tangga perusahaanya saat krisis ekonomi melanda
Indonesia. Untuk menghentikan usahanya yang selama ini mereka bangun pun
merupakan hal yang sayang untuk dilakukan.. Salah satu hal yang dapat
dilakukan untuk dapat melakukan
protect terhadap kemungkinan
yang terjadi akibat krisis adalah bersatu padu dengan bank yang lain
dengan melakukan kerjama dalam bentuk konsolidasi. Kerjasama dalam
bentuk konsolidasi ini bisa terjadi ketika sekelompok perusahaan yang
mempunyai motif yang sama dalam meraih kehidupan baru bersama di masa
akan datang.
Konsolidasi keempat perusahaan ini terbukti berhasil dengan
membuahkan Bank Mandiri yang menjadi salah satu Bank besar di Indonesia
yaitu Bank Mandiri.
Contoh Akuisisi
Contoh satu: Semen Padang yang diakuisisi oleh Semen Gresik.
Di dalam hal ini, pihak Semen Gresik melakukan pembelian terhadap
sebagian besar Saham Semen Padang sehingga, Semen Gresik memiliki
kekuasaan terhadap manajemen perusahaan Semen Padang. Tetapi operasi
kedua perusahaan masih bediri sendiri-sendiri..
Contoh dua: PT. HM Sampoerna yang diakusisi oleh Philip Morris
Sampoerna tetap melakukan kegiatan operasionalnya sendiri di Pabriknya
yang ada di Surabaya.. dan PM pun juga seperti itu. Tetapi Manajemen
perusahaan Sampoerna dikendalikan oleh PM sebagai konsekuensi dari
akuisisi yang dilakukan. PM mengganti Saham yang beredar Sampoerna
dengan suatu harga dan menggantinya dengan saham PM.
Daftar Pustaka
google.com